PEMBAHASAN I
MEKANISME SUPERVISI
A. SUPERVISI KEPALA SEKOLAH
1. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah
Dalam kaitannya dengan supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, pengertian supervisi adalah “suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif” (Purwanto, 2003:32). Menurut Jones dalam buku Mulyasa (2003:155), supervisi merupakan “bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama pendidikan”. Menurut Carter, supervisi adalah :
“Usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimuli, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.” (Sahertian, 2000:17)[1]
Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang essensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari definisi tersebut maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai.
Jadi supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Karakteristik Supervisi
Menurut Mulyasa (2004:112) Salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.
b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala
sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah.
d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan
interpretasi guru.
interpretasi guru.
e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.
f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,
pengamatan, dan umpan balik.
pengamatan, dan umpan balik.
g. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor
terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.
terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.
h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis lebih berorientasi kepada penemuan masalah secara obyektif. Masalah tersebut bukan untuk menekan bawahan,akan tetapi untuk dianalisis dan dilakukan pemecahan masalah (problem solving) secara bersama-sama.
3. Faktor yang Mempengaruhi Berhasil Tidaknya Supervisi
Menurut Purwanto (2004:118) ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain:
a. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah sekolah itu di kota besar, di kota kecil, atau pelosok. Di lingkungan masyarakat orang-orang kaya atau di lingkungan orang-orang yang pada umumnya kurang mampu. Di lingkungan masyarakat intelek, pedagang, atau petani dan lain-lain.
b. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.
c. Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang di pimpin itu SD atau
sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan sebagainya semuanya
memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.
sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan sebagainya semuanya
memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.
d. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di sekolah itu pada umumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial-ekonomi, hasrat kemampuannya, dan sebagainya.
e. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Di antara faktor-faktor
yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya
situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak
mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.
yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya
situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak
mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.
4. Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah
sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain :
sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain :
a. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah
termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan
keberhasilan proses belajar-mengajar.
termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan
keberhasilan proses belajar-mengajar.
c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan
metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.
metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.
d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.
e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai
sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,
menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk
mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,
menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk
mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
f. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau komite
sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.
sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.
5. Teknik-Teknik Supervisi
Menurut Purwanto (2004:120-122), “secara garis besar cara atau tehnik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok”.
a. Teknik perseorangan
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang
dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain :
dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain :
1. Mengadakan kunjungan kelas (classroom visition)
Kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu- waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.
2. Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk
melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-
cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.
melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-
cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.
3. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa. Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya. Masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu
sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang
mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.
sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang
mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.
4. Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah. Antara lain :
pelaksanaan kurikulum sekolah. Antara lain :
a. Menyusun program catur wulan atau program semester;
b. Menyusun atau membuat rencana pelaksanaan pembelajaran;
c. Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas;
d. Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran;
e. Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar;
f. Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.
b. Teknik kelompok
Ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru.
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar.
c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-
penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru
bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan
penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru. Menurut Gwynn, dalam Bafadal (2004:48-50), “Teknik supervisi
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik kelompok”. Teknik supervisi individual meliputi :
penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru
bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan
penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru. Menurut Gwynn, dalam Bafadal (2004:48-50), “Teknik supervisi
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik kelompok”. Teknik supervisi individual meliputi :
a. kunjungan kelas;
b. percakapan pribadi;
c. kunjungan antarkelas;
d. penilaian sendiri.
Sedang teknik supervisi kelompok meliputi :
a. kepanitiaan;
b. kursus;
c. laboratorium kelompok;
d. bacaan terpimpin;
e. demonstrasi pembelajaran;
f. perjalanan staf;
g. diskusi panel;
h. perpustakaan profesional;
i. organisasi profesional;
j. bulletin supervisi;
k. sertifikasi guru;
l. tugas belajar;
m. pertemuan guru
Dari beberapa pendapat dan uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa supervisi kepala sekolah adalah proses pembinaan kepala sekolah kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar. Adapun teknik yang biasa digunakan adalah kunjungan kelas, pertemuan baik formal maupun informal serta melibatkan guru lain yang dianggap berhasil dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa teknik yang biasa digunakan kepala sekolah dalam mensupervisi gurunya : kunjungan kelas, semangat kerja guru, pemahaman tentang kurikulum, pengembangan metode dan evaluasi, rapat-rapat pembinaan, dan kegiatan rutin di luar mengajar.
B. KARAKTERISTIK SUPERVISOR
1. Supervisi terhadap profesi mengajar
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor ialah membantu guru-guru memperbaiki situasi belajar mengajar dalam arti luas. Salah satu tugas dalam rangka meningkatkan mutu pelajaran di sekolah ialah mengembangkan dan menganalisa kurikulum yang diterapkan di sekolah. Dalam rangka menganalisa kurikulum sekolah tugas kepala sekolah ialah membantu guru meningkatkan profesi mengajar.
2. Membantu guru dalam memahami strategi belajar mengajar
Dalam memilih strategi belajar mengajar kita dapat bertolak dari suatu titik yang menjadi ukuran atau kriteria tertentu;
a. Strategi yang berorientasi pada tujuan. Tujuan ini biasnya adalah aspek tingkah laku yang diharapkan. Jadi ukurannya ialah tingkah laku apa yang diharapkan setelah siswa memperoleh pengalaman belajar.
b. Strategi yang berorientasi pada siswa. Kalau yang menjadi ukuran adalah siswa, maka strategi yang digunakan adalah untuk memenuhi kebutuhan siswa, sesuai dengan minat siswa dan sesuai denga tingkat kemampuan siswa.
c. Strategi yang berorientasi pada materi; bilamana materi pelajaran yang kita utamakan, maka strategi yang digunakan adalah mengutamakan mata pelajaran.
3. Membantu guru dalam cara merumuskan tujuan pengajaran
Secara ringkas taxonomy tujuan pendidikan itu mencakup 3 matra atau kawasan, atau ranah atau domain.
a. Ranah kognitif
b. Ranah psykhomotorik
c. Ranah afektif
4. Membantu guru dalam cara merumuskan pengalaman belajar (learning experience)
Belajar adalah mengalami perubahan tingkah laku, karena memperoleh pengalaman baru. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar adalah sesuatu peristiwa yang dialami oleh siswa di dalam proses belajar mengajar. Melalui pengalaman belajar anak memperoleh pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan, kecakapan/kemampuan dan lain-lain
5. Membantu guru dalam cara merumuskan keaktifan belajar
Keaktifan belajar itu diperoleh melalui penginderaan dan pengamatan serta fungsi-fungsi jiwa yan lain. Jadi keaktifan belajar melalui fungsi-fungsi jiwa. Misalnya: kegiatan pengamatan, pendengaran, perasaan, berbicara, dan kegiatan mental. [2]
6. Membantu guru dalam meningkatkan ketrampilan dasar mengajar
Dalam bagian ini akan dibahas beberapa ketrampilan dasar mengajar seperti
a. Ketrampilan memulai dan mengakhiri pelajaran
b. Ketrampilan menjelaskan
c. Ketrampilan bertanya
d. Ketrampilan dalam memberi penguatan
e. Ketrampilan dalam mengadakan variasi
f. Ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil
g. Ketrampilan mengelola kelas.
PEMBAHASAN II
SUPERVISI PENGEMBANGAN
A. PENGEMBANGAN MODEL SUPERVISI
1. Model Konvensional
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feudal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat mematai-matai. Sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi untuk melihat-lihat segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang tidak berhasil (Briggs 1984). Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujaun supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru:
a. Acuh tak acuh
b. Menantang (agresif)
Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan seharusnya begini. Praktek-praktek supervise seperti ini adalah cara memberi supervise yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah bagaimana cara kita mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Para guru akan dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus taktis pedegogis atau dengan perkataan lain, memakai bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan (Thomas Gordon, 1988).[3]
2. Model Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Dilaksanakan secara terencana dan kontinu
b. Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu
c. Menggunakan instrumen pengumpulan data
d. Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Dengan mengunakan merit rating, skala penilaian atau chek-list lalu para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau semester lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.
3. Model Klinis
1. Prinsip-prinsip supervisi klinis
a. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru terlebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor
b. Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan
c. Ciptakan suasana bebas di mana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang diharapkan oleh guru
d. Objek kajian adalah kebutuhan professional guru yang riil yang mereka sunguh alami
e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki
2. Langkah-langkah dalam pelaksanaan supervisi klinis
Langkah-langkah dalam supervisi klinis dalam tiga tahap pelaksanaan sebagai berikut:
a. Pertemuan awal
b. Observasi
c. Pertemuan akhir
Perlu dijelaskan apa yang seharusnya dikerjakan oleh supervisor dan apa yang harus dikerjakan oleh guru.
a. Tahap awal supervisi klinis
Dalam percakapan awal, seorang guru mengeluh, bahwa pada saat dia mengajar ada 3 orang siswa yang selalu mengganggu ketertiban di kelas. Guru sudah berusaha memperbaiki tapi ketiga siswa itu tetap membandel. Melalui percakapan awal ini guru mengharapkan agar supervisor sendiri melihat situasi pada saat dia mengajar. Dan guru sudah melakukan, supervisor setuju untuk mengikuti guru waktu mengajar.
b. Observasi
4. Model Artistik
Dalam bukunya Supervision Of Teaching, sergiovanni Th.J. menyamakan beberapa ciri yang khas tentang model supervisi yang artistik, antara lain:
a. Supervisi yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak bicara.
b. Supervisi artistik memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup atau keahlian khusus, untuk memahami apa yang dibutuhkan seseorang yang sesuai dengan harapannya
c. Supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda
d. Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu
e. Model artistik terhadap supervisi memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa dialog antara supervisor yang disupervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak
f. Model artistik terhadap supervisi memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap dengan jelas cirri ekspresi yang diungkapkan itu
g. Model artistik terhadap supervisi memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat mereka mengappreciate yang dipelajarinya
h. Model artistik terhadap supervisi menunjukkan fakta bahwa supervisi yang bersifat individual, dengan kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman merupakan instrumen yang utama yang digunakan di mana situasi pendidikan itu diterima danbermakna bagi orang yang disupervisi.
B. USAHA-USAHA KE ARAH PERBAIKAN KUALITAS MENGAJAR
1. Bidang Pre-Service Education
Yang dimaksud dengan pre-service education ialah mengadakan layanan pendidikan guru kepada mereka yang belum pernah jadi guru. Lembaga pendidikan guru bertugas mempersiapkan para lulusan untuk menjadi guru.
2. Bidang Pembinaan Dan Peningkatan Di Bidang In-Service Education
In-service education education adalah layanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan guru, bagi mereka yang sudah mempunyai jabatan.
Bagi mereka yang sudah menjadi guru dilaksanakan pelayanan terhadap tenaga kependidikan. Usaha yang sedang dilaksanakan meliputi :
a. Usaha mempercepet pengangkatan dan penempatan
b. Usaha perlindungan jabatan melalui jaminan hokum terhadap jabatan
c. Pertumbuhan dalam profesi, dan pembinaan yang meliputi:
1. Latihan dalam jabatan (in-service training)
2. Pendidikan lanjutan
3. Organisasi profesi
4. Intensif untuk tugas di daerah tertentu
3. Usaha Pengembangan Yang Berhubungan Dengan On-Service Education
On service education adalah layanan yang diberikan kepada guru untuk bidang studi tertentu di tempat mereka belajar, baik secara individual maupun kelompok dalam bentuk pusat-pusat kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Kegiatan ini telah dilaksanakan berupa usaha pembinaan dan peningkatan mutu guru. Guru-guru satu bidang studi dalam beberapa sekolah bertemu di sebuah sekolah yang dijadikan pusat pembahasan (sanggar kerja) atau kelompok kerja guru.
Sudah disediakan model-model sajian pelajaran yang akan disajikan. Pada saat tertentu ada yang mendemonstrasikan cara-cara mengajar dan setelah itu didiskusikan bersama atau saling bertukar pendapat.
Dengan cara demikian guru akan mengalami pertumbuhan dalam jabatan mengajar. Atau dengan kata lain guru dibina dan ditingkatkan kearah profesionalisasi.
C. BANTUAN SUPERVISOR TERHADAP GURU DALAM PEMBENTUKAN SCHOLL PUBLIC RELATION
1. Alasan Diadakan School Public Relation
Scholl public relation (hubungan sekolah dengan masyarakat) perlu diadakan karena:
a. Sekolah didirikan oleh masyarakat untuk masyarakat, sehingga sekolah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan mayarakat
b. Agar sekolah memahami kebutuhan masyarakat, maka ia harus terjun ke masyarakat
c. Dalam melaksanakan tugasnya, sekolah mendapatkan bantuan dari masyarakat
Padangan filosofis tentang hubungan sekolah denga masyarakat, menutrut ngalim purwanto yaitu:
a. Sekolah adalah bagian yang integral dalam masyarakat
b. Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada mesyarakat
c. Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota masyarakat dalam bidang pendidikan
d. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkolerasi dan keduanya saling membutuhkan
e. Masyarakat adalah pemilik sekolah dan sekolah ada karena masyarakat membutuhkannya
2. Tujuan School Public Relation
Dengan adanya scholl public relation, diharapkan agar:
a. Sekolah mampu mencetak tenaga yang benar-benar berbobot, baik pengetahuan, sikap maupun keterampilannya
b. Tenaga yang dihasilkan sekolah mampu memperbaiki perikehidupan masyarakat
c. Sekolah harus meneliti keadaan masyarakat, sehingga mendiagnosa problematika masyarakat dan mencari pemecahannya
d. Output pendidikan di sekolah janganlah membebani masyarakat
Pandangan filosofis tentang hubungan sekolah dengan masyarakat menurut ngalim purwanto yaitu :[4]
a. Sekolah adalah bagian yang integral sdalam masyarakat
b. Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat
c. Sekolah adalah lembaga social yang berfungsi untuk melayani anggota masyarakat dlam bidang pendidikan
d. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkolerasi dan keduanya saling membutuhkan
e. Masyarakat adalah pemilik sekolah dan sekolah ada karena masyarakat membutuhkannya
3. Prinsip Dan Metode Scholl Public Relation
a. Mengetahui apa yang kamu ketahui
b. Laksanakan pendidikan dengan baik dan bersahabat dengan masyarakat
c. Sekolah hendaknya mengetahui keadaan masyarakat disekitarnya baik sifat, problema, maupun sumber-sumber yang ada dalam masyarakat itu
d. Mengadakan penelitian terhadap masyarakat di daerah itu
e. Mempelajari masyarakat dengan dokumentasi
f. Menjadi anggota organisasi dalam masyarakat
g. Mengadakan kunjungan ke rumah orang tua murid
h. Melayani masyarakat di sekitar sekoolah, seperti denga menyediakan perpustakaan untuk masyarakat, dan sebagainya
i. Memeperluas partisipasi masyarakat dalam menghadapi hubungan sekolah dengan masyarakat
j. Membentuk organisasi kerjasama sekolah dengan masyarakat
k. Mendorong masyarakat untuk ikut serta memelihara sekolah
DAFTAR KEPUSTAKAAN
A. Sahertian, Piet. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1990
_______________ . Konsep Dasar dan Teknik Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar